[BOTANI] Memecahkan Permasalahan Global dengan Pengetahuan Lokal

Masih mengenai talkshow etnobotani, pembicara kedua adalah Dr. Purnomo, M.S. yang akrab disapa “Pak Pur” maupun “Pak Kencur”. Beliau adalah dosen sistematika tumbuhan di Fakultas Biologi UGM, dan telah lama mengkaji pemanfaatan tumbuhan lokal atau etnobotani. Relasi beliau sangat banyak, terutama dari LIPI, BKSDA, BLH dan B2P2TO-OT yang tidak hanya menggunakan jasa, melainkan juga terlibat dalam collaborative research.

Pada acara tersebut, Pak Pur mengangkat sebuah tema “Pemanfaatan Tumbuhan Berkelanjutan dari Ranah Tradisional ke Modern”. Beliau menekankan pada proses mengkaji etnobotani secara ilmiah, baik melalui penelitian maupun pengalaman empiris. Sebagai gudang etnobotani, Indonesia telah melalui berbagai pengalaman empiris yang khas dari masing-masing suku bangsa. Dan sekarang adalah saatnya meng-ilmiah-kan hal tersebut. Pengalaman menggunakan tumbuhan di daerah yang berbeda-beda dapat digunakan sebagai senjata untuk memecahkan permasalahan global apabila telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah.

Bagaimana keragaman hayati Indonesia mendukung penelitian etnobotani?

Sangat baik!

Maksudnya, Indonesia yang kaya akan budaya, kaya akan tumbuhan, dan kaya akan kreativitas lokal akan menjadi ladang penelitian para ilmuwan modern. Tumbuhan telah merangkul tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu pangan, sandang dan papan. Nah, selanjutnya, dimana kita akan berkontribusi untuk meneliti?

Pangan. Isu diversifikasi pangan telah menjadi masalah global. Berpangku pada penggunaan beras secara perlahan telah mengurangi lahan untuk menanam tumbuhan pangan lainnya. Permasalahan lebih besar adalah munculnya kekurangan pangan di beberapa daerah karena lahannya tidak mampu ditanami padi. Dengan menerapkan pola “tumbuhan yang sama dapat tumbuh di daerah berbeda asalkan memiliki iklim (klimatik-edafik) yang identik” maka akan muncul sebuah solusi. Daerah tandus yang tidak dapat ditanami padi seharusnya berkaca ke daerah tandus lain yang tidak kekurangan pangan. Dapat dilihat jenis tumbuhan yang dimakan (cenderung umbi-umbian) untuk ditanam di daerah tersebut.

Sweet potato rennaissance in Papua

Papua benar-benar surganya ubi. Di dunia internasional, ubi yang dikenal sebagai sweet potato memang menjadi primadona, dan sampai saat ini Indonesia berusaha untuk meningkatkan kualitasnya (sumber)

 

Sandang. Tumbuhan untuk pakaian? Bisa! Sejak sebelum mengenal benang dan kain, masyarakat Indonesia menggunakan berbagai jenis daun dan kulit kayu untuk digunakan sebagai pelindung tubuh, singkatnya sebagai pakaian. Suku Dayak dan Bali dulu pernah menggunakan kraras (daun pisang kering) sebagai pakaian, namun sekarang hanya digunakan dalam pementasan tarian tradisional. Apakah pemanfaatannya sudah berakhir? Tentu tidak. Penelitian masih sangat terbuka. Penggunaan organ tumbuhan sebagai pakaian dapat diteliti daya tahan maupun kualitas seratnya, serta fleksibilitasnya sebagai bahan evaluasi pakaian modern. Di beberapa daerah, atmosfer pakaian tradisional telah menyelimuti desainer-desainer untuk merancang pakaian dengan konsep etnik.

 https://i0.wp.com/www.lintasntt.com/wp-content/uploads/2016/08/pakaian-kulit-kayu.jpg

Diatas adalah dua jenis pakaian dari kulit kayu. Di bagian kiri adalah pakaian dari Sulawesi Tengah yang terbuat dari kulit Pohon Nunu dan Pohon Ivo yang diproses dengan teknik pukul batu ike (sumber). Yang kanan adalah pakaian elegan dari Alor, NTT yang terbuat dari kulit Pohon Ke (sumber)

 

Papan. Tumbuhan memang merupakan rumah, baik untuk manusia, hewan, maupun tumbuhan lainnya. Hampir setiap suku di Indonesia memiliki konstruksi bangunan yang khas dengan jenis kayu yang berbeda-beda. Di Maluku, Suku Huaulu membuat rumah dengan 80% komponen dari sagu. Batang sagu dimakan, dibuat papeda. Pelepah daun dirangkai sebagai dinding rumah. Daun dirangkai untuk menjadi atap. Kulit sagu beberapa juga dimanfaatkan di dalam rumah. Ibarat kata, sagu merupakan tumbuhan yang wearable.

Mencintai Alam Melalui Sebuah Bangunan Adat Suku HuauluUntuk melihat yang lebih detail, silahkan kunjungi sumber aslinya ya  sumber

Leave a comment